Refleksi Wajah Kota Malang dalam Motif Baru Batik Celaket

Kegiatan yang dikemas sebagai refleksi optimisme bangkitkan ekonomi usai dua tahun didera pandemi COVID-19 ini diinisiasi oleh Batik Tulis Celaket, Andre Modelling School dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Satrio Turonngo Jati, serta Kelurahan Rampal Celaket.

Dec 23, 2022 - 09:44
 0  69
Refleksi Wajah Kota Malang dalam Motif Baru Batik Celaket

KOTA MALANG – Kota Malang bakal punya hajat besar menjelang Hari Batik Nasional yang jatuh pada Minggu, 2 Oktober 2022 mendatang.

Hajat itu berupa Fashion on The Street, Batik Tulis Celaket (BTC) Hari Batik Nasional. Acara bertema ‘Wajah Kota Malang dalam Selembar Kain’ tersebut nanti bakal berlangsung di Pedestrian Kayutangan Heritage pada hari yang sama.

Kegiatan yang dikemas sebagai refleksi optimisme bangkitkan ekonomi usai dua tahun didera pandemi COVID-19 ini diinisiasi oleh Batik Tulis Celaket, Andre Modelling School dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Satrio Turonngo Jati, serta Kelurahan Rampal Celaket.

Kawasan Kayutangan, bagi masyarakat yang pernah tinggal di Kota Malang, merupakan kawasan bangunan era kolonial. Dibangun pada masa VOC, kawasan itu menjadi saksi bisu perjalanan Kota Malang, melalui berbagai masa sulit yang mampu bertahan sampai saat ini.

Hal ini selaras dengan makna yang tersirat di koleksi terbaru Batik Tulis Celaket yakni selalu ada harapan untuk hari yang lebih baik.

Sebab itu, Desainer Batik Tulis Celaket Ira Hartanti, menyampaikan dari lokasi bersejarah itu akan kembali menghadirkan semangat optimisme kebangkitan lewat kreasi kombinasi corak dan motif batik khas Malang di tahun 2023.

Konsep Peragaan Batik Tahun Ini

Masih membekas betul di memori ini, bagaimana peragaan tunggal tahunan Batik Celaket di setiap 2 Oktober, Terkadang digelar di selasar kantor Pemkot Malang, di lampu merah perempatan jalan, bahkan di atas truk yang lagi berjalan.

Mungkin pemilihan lokasi yang tak biasa untuk sebuah peragaan busana meninggalkan impresi tersendiri sampai sulit dilupakan.

Memang, nantinya bukan sebuah pemandangan biasa saat para model akan berlalu-lalang di depan bangunan berusia hampir 300 tahun ini dengan iringin musik tradisional Jaranan dan Gandrung Banyuwangi.

Bahkan tak ada panggung untuk catwalk. Melainkan, lantai batu andesit diusung sebagai landasan peraganya. Para model berjalan mengikuti nalurinya akan meliuk-liuk bak labirin.

Tak ada tamu yang duduk diistimewakan, semua berdiri. Artinya, semua tamu mendapat akses front row sehingga dapat melihat lebih jelas. Terlebih, peragaan kali ini menjadi yang pertama bagi Batik Tulis Celaket setelah dua tahun absen karena pembatasan sosial yang dipicu oleh pandemi COVID-19.

Namun demikian, kreativitas para desainer asli kampung Celaket ini tidak mati. Mereka tetap rutin membatik motif baru. Sampai akhirnya, kesempatan untuk menggelar fashion show secara langsung datang lagi dan tak mau menyia-nyiakannya.

Pemilihan lokasi memang selalu menjadi bagian penting bagi seniman batik generasi ke-4 itu dalam mengemas peragaannya demi mendukung konteks dan visualisasi koleksi yang ditampilkan.

Tahun ini, kemegahan patung Chairil Anwar, arsitektur Gereja yang berhadapan dengan Oen Corner, tempat ngopi kaum kompeni dijamannya, Pertokoan Sarinah yang kental dengan desain art deco akan merefleksikan estetika paduan motif teranyar dengan warna ceria yang melambangkan harapan usai pandemi mendera.

Desainer yang mulai serius berkiprah di industri batik sejak akhir tahun 90 an ini kembali menampilkan koleksi batik malangan dengan corak yang tak pernah biasa.

Motif Batik Celaket memang dirancang mengedepankan konsep busana yang unisex, alias tidak mengenal gender.

Lebih dari itu, pemilihan warna tabrakan sebenarnya merefleksikan optimisme Kota Malang akan masa depan yang lebih baik di tengah situasi yang penuh tantangan dan tak menentu. Pandemi belum berakhir. Peperangan masih terjadi di mana-mana. Masalah inflasi ekonomi juga makin serius.

Ditambahkan Ira, dengan penggunaan warna-warni yang cerah ia ingin orang-orang menjadi lebih optimis dalam menghadapi apapun yang ada di depannya.

“Selama pandemi dua tahun ke belakang motif batik celaket lebih mencerminkan keadaan manusia yang ingin mengesampingkan formalitas dengan pakaian yang bervolume nyaman dan relaks,” imbuhnya.

Sebagai informasi, gelaran fashion on the street tahun ini, akan menghadirkan runner up Miss Indonesia 2022, 57 Perempuan Inspiratif Kota Malang, 20 Sosialita Kota Malang, 20 Peragawan peragawati SMP Katolik Santa Maria dan 15 peragawati dari Andre Modelling School (AMS).

Kegiatan yang dijadwalkan mulai pukul 08.30 itu akan dibuka oleh Wali Kota Malang Sutiaji.

Reporter: Feni Yusnia

Editor: Herlianto. A( Berita Dikutip dari Tugumalang.id)

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow